Followers

Minggu, 08 Juli 2018

Resahku

Harus memulai dari mana? Aku tidak bisa menulis. Tunggu, kurasa bukan tidak bisa, tapi tidak biasa. Tapi aku harus melakukannya. Mengapa? Karena aku membutuhkan ruang ini. Ruang ketika aku tak bisa bercakap pada siapapun tentang keresahanku.
Ya, resah.
Aku membenci situasi ini. Situasi ketika perasaanku merasa sangat jatuh, sangat rapuh, dan di sana, di sini, tak ada tempat untuk bersandar.
Tunggu, aku punya! DIA yang harusnya menjadi sandaran utamaku. Ya, DIA. DIA yang dari atas sana, tak sesungguhnya di atas sebenarnya, tapi IA ada dalam setiap hati manusia. Memberikan kekuatan untuk menghadapi cobaan. DIA yang memberikan hidup, aku yakin akan memberikan kemampuan juga untuk manusia melaluinya.
Ah, ya, aku sadar ini. Tapi saat ini aku resah, sangat resah. Rasanya tak kuasa menanggung setiap resah gelisah ini. Aku butuh ruang pada-Nya untuk berteriak sekencang mungkin dan bertanya, "Mengapa?" "Akan seperti apa?" "Harus bagaimana?" Banyak pertanyaan berkecamuk dalam batin.
Tuhan, aku resah. Aku bersandar pada-Mu. Dengan kejujuran bahwa aku merasa tak sanggup. Aku tak mau, tak kuasa lebih tepatnya untuk bilang "Aku kuat". Maka dari itu aku bersandar pada-Mu. Karena aku manusia yang tak kuat, tak mampu apa-apa, apalagi ketika resah melanda.
Resahku, pergilah.
Cukup.
Aku tak mau lelah.
Aku mau bahagia.
Pergilah.
Carilah ruang kosong untuk kau tempati.
Di manapun asal jangan di hati siapapun.
Pergilah.
Kupersilahkan kau untuk pergi.
Dan pada-Mu, mampukan aku untuk kuat, kuasakan aku untuk melewati tahap ini.
Aku bersandar pada-Mu.
Pada-Mu.

8 Juli 2018
02.23