Followers

Kamis, 12 Januari 2017

"Melangkah Dalam Integritas"


Apa yang kita pahami tentang INTEGRITAS? Banyak orang yang bisa memakai kata ini tanpa memahami makna sesungguhnya. Akan tetapi tidak sedikit juga orang yang sama sekali tidak memahami betapa luar biasanya kata integritas ini. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), integritas tercatat dengan arti demikian: mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Maka dengan bahasa yang sederhana, saya mencoba mengartikan integritas demikian: sebuah karakter diri yang menunjukkan seseorang konsisten pada apa yang dipikirkan, dirasakan, diucapkan dan kemudian dilakukan!  Sebuah contoh sederhana, ada orang yang mengaku warga sebuah negara X. Akan tetapi rupanya dia bekerja untuk dinas rahasia negara Y dan melaporkan negaranya sendiri. Maka ia tidak konsisten, tidak berintegritas! Atau contoh lainnya, ada orang yang mengaku dirinya Kristen akan tetapi di rumah hampir selalu memaki dan memukul istri/suami dan anak-anak. Maka ia bisa disebut sebagai Kristen-KTP, tidak konsisten, dia tidak berintegritas!

Daniel adalah contoh hamba Tuhan yang berintegritas dengan luar biasa baik. Bagaimana tidak, ketika ia dipercaya menjadi orang kepercayaan raja di negara lain dan diwajibkan untuk tidak menyembah allah lain selain dewa di negara itu, Daniel tetap setia menyembah Tuhan. Dengan tidak ada rasa ragu dan takut sama sekali, ia tetap berdoa kepada Tuhan tiga waktu dalam satu hari. Padahal jika ia melanggar titah raja itu, maka taruhannya adalah nyawa dengan dimasukkan ke kandang singa. Namun Daniel tidak gentar dan tidak berpura-pura baik di hadapan Raja Nebukadnezar. Ia tetap konsisten dan menyembah Tuhan dengan setia.

Saudara terkasih, bagaimana dengan kita? Apakah sebagai orang Kristen umat pilihan-Nya, kita sudah berintegritas dalam hidup kita? Apakah hati, pikiran, ucapan dan laku kita sudah sesuai dengan kehendak Allah? Sudahkah diri kita dikuasai oleh Allah sehingga kita menjadi orang-orang yang otentik sesuai dengan apa yang Allah harapkan? Bila sudah, bersyukurlah karena Tuhan memampukan kita. Bila belum, tetaplah bersyukur karena Allah mengingatkan kita untuk berubah dengan cara:

1.      Berpegang selalu pada Firman-Nya. Firman Tuhanlah yang akan menolong dan menunjukkan kepada kita untuk menjadi pribadi yang benar dan berintegritas sesuai dengan kehendak Allah. Maka selalu sediakan waktu setiap hari untuk membaca Alkitab.

2.      Berdoalah. Berdoalah untuk memohon pimpinan Tuhan supaya Ia memampukan kita menjadi pribadi yang berintegritas. Tuhan akan sangat senang mendengar doa dan penyerahan diri kita kepada-Nya.

3.      Selalu ingat bahwa Dialah Allah Sejati yang senantiasa mengasihi kita. Dengan mengingat hal ini, maka hati dan jiwa kita akan terus bersyukur sehingga kita menghadirkan diri apa adanya, diri yang berintegritas seperti contoh yang sudah kita lihat dari Daniel tadi, dan terutama seperti teladan dari Yesus, Tuhan kita.

Maka, selamat belajar menjadi pribadi yang semakin berintegritas. Serahkan pada Tuhan, dan Dialah yang akan memampukan setiap kita. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.


Surabaya, 12 Januari 2017.

Rabu, 11 Januari 2017

"Jaminan Keselamatan dalam Kristus"


Saya memperhatikan ada 2 jawaban yang seringkali menjadi jawaban favorit orang-orang atas pertanyaan: apa yang kamu cari di dunia ini? Jawaban pertama adalah kebahagiaan, dan jawaban kedua adalah keselamatan. Entah betul atau tidak jawaban ini yang menjadi pilihan Anda, tetapi saya ingin mengajak kita bersama untuk melihat sebuah kehidupan yang luar biasa saat kita mengambil pilihan untuk mengikuti seorang teladan yang bernama Yesus Kristus.

Fakta 1 – Yesus Kristus, Tuhan kita, hadir ke dalam dunia yang penuh dosa. Sesungguhnya Allah kita sudah berada di tempat yang tepat, di mana Ia bisa memperhatikan setiap kita dengan baik dan menyediakan setiap hal yang menjadi kebutuhan kita. Akan tetapi karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia, Ia dengan kerelaan dan ketulusan hati yang besar mau datang ke tengah-tengah dunia yang penuh dengan dosa ini. Bahkan Ia tidak hanya hadir, namun Ia juga mau memberikan diri-Nya disiksa oleh manusia yang diselamatkan-Nya, hingga akhirnya Ia mati di kayu salib. Ya, Ia mati karena menanggung dosa kita, dan kitalah sendiri yang sesungguhnya telah menyalibkan Dia. Namun, kita yang berdosa dan tidak layak ini, tetap saja Ia kasihi dengan luar biasa, dengan sebuah cinta agung yang tanpa syarat.

Fakta 2 – Yesus Kristus hadir untuk membawa jaminan keselamatan bagi dunia. Tidak pernah ada kasih yang lebih besar daripada apa yang telah Allah tunjukkan dan berikan bagi setiap kita manusia berdosa ini. Pengorbanan-Nya di kayu salib telah membawa penanggungan atas dosa manusia yang begitu besar. Namun rupanya tidak hanya itu. Ketika dosa manusia telah dihapuskan, maka pada saat itu juga telah ada keselamatan bagi setiap orang (Yoh.3:16). Yesus dengan pasti menjaminkan keselamatan itu bagi setiap orang, terlebih lagi kepada setiap kita yang mau hidup sungguh percaya dan bersandar penuh kepada-Nya.

Fakta 3 – Hidup bersama Yesus Kristus, di sanalah kebahagiaan yang sejati. Apabila orang hidup di dunia ini mencari kebahagiaan atau keselamatan, maka ketika kita memilih hidup bersama Yesus, kita akan memperoleh keduanya. Keselamatan jelas telah kita terima semenjak Ia hadir ke dunia dan menebus dosa kita. Dan sesungguhnya ketika kita menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat bagi hidup kita, maka kebahagiaan pun sesungguhnya sudah Ia anugerahkan juga  bagi kita. Masalah dan pergumulan dalam hidup tentu selalu ada. Tetapi bagi setiap kita yang percaya dan mengikuti Dia, kebahagiaan kita tidak akan terkikis karena masalah yang besar. Namun justru kita akan berkata, “Hai masalah, aku punya Tuhan yang jauh lebih besar darimu!”

Ya, hidup bersama Yesus ada jaminan keselamatan dan kebahagiaan sejati. Namun satu syaratnya, kita mau setia mengikuti-Nya, kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi apapun yang kita miliki. Selamat mengayuh perahu hidup bersama-Nya, dan selamat telah memperoleh keselamatan dan kebahagiaan sejati di dalam Tuhan kita Yesus Kristus! Tuhan senantiasa memberkati kita sekalian.



Surabaya, 06 November 2016.

"Yesus Kristus Raja Sorgawi"


Pada suatu hari di sebuah kerajaan, bertahtalah seorang raja yang sangat bijaksana bernama Raja Sangrila. Meskipun ia begitu bijaksana, namun sangat disayangkan karena putra mahkota, putra satu-satunya yang ia miliki tumbuh sebagai anak yang tidak berbakti kepada orang tua. Ia kerapkali berbuat semau hatinya sendiri, tanpa mempertimbangkan nasehat-nasehat dari orang lain.

Pada suatu hari, putra mahkota berkumpul seperti biasa dengan teman-teman pemudanya. Mereka minum anggur dan mabuk-mabukan. Dalam kondisi mabuk berat, putra mahkota beradu mulut dengan salah seorang temannya dan mereka pun akhirnya bertarung. Keduanya yang sama-sama mabuk berat oleh anggur saling coba mengalahkan satu sama lain, hingga akhirnya putra mahkota mengambil botol anggur dan menghantamkannya pada kepala temannya tersebut. Teman tersebut pun roboh dan akhirnya meninggal. Peristiwa ini pun segera diketahui oleh orang-orang kerajaan. Menurut aturan kerajaan, bagi seseorang yang kedapatan membunuh, maka ia harus dijatuhi hukuman pancung. Raja Sangrila pun sangat bersedih atas kejadian itu. Meskipun tidak berbakti, namun putra mahkota adalah putra yang sangat ia sayangi. Namun di satu sisi, ia pun adalah seorang raja dan harus bersikap adil. Maka, atas pertimbangan yang berat, Raja Sangrila pun memerintahkan untuk memenjarakan putra mahkota dan ia juga akan dijatuhi hukuman pancung.

Pada hari sebelum hukuman pancung dijatuhkan, Raja Sangrila mendatangi putra semata wayangnya. Ia mohon ampun kepada anaknya atas peristiwa tersebut yang sesungguhnya sama sekali tidak diinginkannya terjadi. Lalu persis ketika jam hukum pancung akan dilaksanakan, putra mahkota yang kepalanya ditutupi kain dibawa ke panggung pancung. Banyak rakyat yang sudah menunggu di sekitar panggung itu. Ada yang tidak sabar menantikan hukuman itu, namun tidak sedikit juga dari mereka yang menangis. Lalu algojo pun mempersiapkan pedangnya dan... putra mahkota pun dipancung. Namun, betapa terkejutnya seluruh orang di tempat itu, ketika kain penutup kepala dibuka, maka yang mereka lihat adalah kepala raja mereka, Raja Shangrila. Ya, Raja Shangrila menukar posisi anaknya dengan dirinya sendiri. Dengan demikian keadilan telah dilaksanakan dan anaknya pun juga selamat.

Saudara terkasih, kisah ini mengingatkan kita pada seseorang yang melakukan hal serupa seperti yang Raja Shangrila lakukan. Ia menanggung kesalahan bahkan tidak hanya kesalahan satu orang, melainkan seluruh kesalahan manusia di dunia. Ya, Ia adalah Yesus, Tuhan kita. Apabila di atas salib-Nya bertuliskan “Inilah Raja Orang Yahudi”, namun sesungguhnya kekuasaan-Nya tidak hanya sebatas itu saja. Ia adalah Raja Sorgawi. Raja pemilik seluruh jagad dunia ini. Namun meskipun berstatus sebagai raja, itu tidak mengurungkan niat-Nya untuk turun ke dunia yang penuh dosa dan mau menukar dirinya sebagai ganti seluruh dosa kita. Ia adalah raja yang jauh lebih rendah hati daripada kita. Hati-Nya jauh lebih murni daripada kita manusia yang sering menganggap diri kita benar. Bersyukurlah karena kita memiliki raja yang bijaksana seperti Dia, Raja yang penuh kasih dan mengasihi kita tanpa syarat apapun! Yesus, Tuhan dan Raja kita senantiasa menyertai kehidupan kita. Amin!




Surabaya, 20 Oktober 2016.

Surat Penggembalaan tentang Wawasan Kebangsaan


Indonesia baru-baru ini dihebohkan dengan berbagai macam berita. Salah satu berita yang menghebohkan adalah pengakuan dari salah satu terpidana hukuman mati Fredy Budiman, gembong narkoba internasional, yang mengaku bahwa dari dalam sel pun dia masih bisa mengendalikan bisnis narkotikanya. Dia mengaku bahwa semua itu bisa terjadi karena ada peran oknum penjara dan polisi yang membantunya. Berita lain yang hampir serupa, dari terpidana hukum mati lainnya, Michael Titus, dia mengaku bahwa dirinya dijadikan sebagai korban polisi untuk kenaikan jabatan. Michael mengaku bahwa dirinya sama sekali tidak terlibat kasus narkoba, namun polisi memaksanya untuk  mengaku demikian, supaya oknum polisi itu mendapatkan keuntungan pribadi dari pengakuan itu. Memang kedua berita di atas masih harus dibuktikan kebenarannya. Sangat baik apabila berita ini terbukti tidak benar. Namun sangat disayangkan sekali apabila terbukti demikian adanya. Dan ini bisa membuktikan bagaimana keberlangsungan hidup Bangsa Indonesia, yang sampai hari ini masih saja dibelenggu dengan perkara-perkara yang menjatuhkan reputasi bangsa ini.

Tahun 2016 ini, di tanggal 17 Agustus, bangsa kita tepat berumur 71 tahun. 71 tahun memperoleh kemerdekaan setelah dijajah beratus tahun lamanya. Pertanyaan yang selalu dilontarkan setiap peringatan ini adalah: apakah sesungguhnya Indonesia sudah benar-benar merdeka? Jika kembali pada dua contoh kasus di atas saja, maka kita bisa melihat bahwa kemerdekaan yang sejati itu sesungguhnya belum ada di tangan kita bangsa Indonesia. Berikut adalah hal-hal yang masih meresahkan bangsa kita hingga hari ini.

1.      Korupsi. Bukan hal yang asing lagi kata ini hampir selalu masuk ke dalam tajuk utama pemberitaan media massa.  Fakta-fakta yang tersaji di media massa baik cetak maupun elektronik, menunjukkan bahwa bangsa kita hidup dalam bayang-bayang para koruptor yang menggeroti harta negara untuk kepentingan pribadi mereka. Beberapa tahun belakangan ini, terutama semenjak dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2002, mulai terkuak banyak kasus-kasus penyalahgunaan uang negara untuk kepentingan pribadi para pejabat terkait, baik dari tingkat daerah paling bawah hingga pejabat tingkat pusat. Itu baru beberapa tahun terakhir. Bayangkan bagaimana dengan bertahun-tahun yang lalu sebelum hal korupsi menjadi buah bibir dan fakta di Indonesia, bisa saja jumlahnya jauh lebih banyak dari dugaan kita.

2.      Pelanggaran HAM. Tahun 2016 ini Indonesia dihebohkan dengan berita kekejaman dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh 14 pemuda kepada seorang gadis muda belia bernama Yuyun. Tidak hanya melakukan kekerasan seksual saja, ke-14 pemuda ini juga membunuh Yuyun dengan cara yang keji. Apa yang terjadi pada Yuyun ini adalah satu bagian kecil ironi pelanggaran HAM yang terjadi di negara kita Indonesia. Selain kasus Yuyun, ada banyak kasus pelanggaran yang terus terjadi di tanah air kita.

3.      Konflik atas nama suku, agama dan ras. Negara kita punya beberapa sejarah kelam konflik yang mengatasnamakan suku, agama dan ras. Sebut saja konflik Sampit, konflik Poso, konflik Tolikara, konflik Singkil, dan konflik-konflik lainnya. Terjadinya konflik-konflik ini karena di tengah kayanya Indonesia akan berbagai macam suku, agama, dan budaya, masih saja ada golongan-golongan yang eksklusif dan menjauhkan diri dari golongan lainnua, sehingga ketika bersinggungan bisa menjadikan itu sebuah konflik yang tidak sedikit merugikan kerugian materiil, terutama korban jiwa termasuk mereka yang tidak bersalah.

4.      Minimnya rasa nasionalisme dan rasa memiliki yang besar terhadap bangsa ini. Presiden Republik Indonesia periode ini, Bpk. Ir. Joko Widodo, mencetuskan apa yang disebutkan dengan revolusi mental. Seruan ini beliau ungkapkan sebagai bagian dari pentingnya kesadaran warga negara Indonesia untuk membangun mentalitas yang maju dan peka akan kondisi negara di waktu-waktu lalu hingga hari ini. Mentalitas bangsa yang ada saat ini harus banyak dibenahi untuk menumbuhkan kesadaran bahwa bangsa ini butuh tanggung jawab dari seluruh warga negaranya untuk bisa menjadi negara yang berkembang dan maju, tidak hanya tugas dari para pejabat pemerintahan saja.


Demikian di atas adalah hal-hal yang mendasar yang masih terus menjadi wacana utama dan menjadi permasalahan-permasalahan utama yang membayangi berjalannya Republik Indonesia hingga hari ini. Lalu bagaimana dengan kita sebagai warga gereja yang menjadi bagian dari keistimewaan negara ini? Apa yang bisa kita lakukan untuk turut membantu membangun kebaikan bagi bangsa kita ini?

1.      Membangun kehidupan bertoleransi. Bangsa Indonesia dianugerahi kekayaan yang luar biasa besar oleh Tuhan. Tidak hanya sumber daya alam, tetapi Indonesia juga kaya dengan agama dan kebudayaan yang bermacam-macam. Kondisi ini seharusnya menjadikan kita sebagai orang-orang yang bersyukur dengan kekayaan ini. Allah menghendaki supaya kita saling mengasihi sesama, tanpa pilih-pilih seperti yang Allah lakukan. Oleh sebab itu, terhap sesama kita, kaya atau miskin, sesama Kristen atau bukan, sesuku atau tidak, kita harus saling menghargai dan menghormati pilihan hidup yang diambil oleh orang lain. Kesadaran ini dapat menciptakan sebuah harmoni dan perdamaian yang indah yang bisa dituai oleh generasi-generasi Indonesia berikutnya.

2.      Memberikan pendidikan iman bagi generasi muda. Korupsi, pelanggaran HAM, konflik-konflik dan tindak kejahatan lainnya sebagian besar bisa terjadi karena minimnya pendidikan yang baik yang tersedia bagi generasi muda penerus bangsa. Oleh sebab itu, sangat baik apabila melalui pendidikan iman di rumah (oleh orang tua) dan pendidikan iman di gereja (Sekolah Minggu) mulai memberikan bekal-bekal iman yang baik sebagai modal pembentukan karakter yang baik bagi generasi muda. Dalam hal ini bukan diajarkan sebagai kaum yang militan /fanatik, namun lebih kepada memberikan pemahaman/ajaran-ajaran Kasih seperti yang Yesus telah ajarkan. Dengan demikian, generasi muda memiliki bekal yang baik sedari muda.

3.      Mengembalikan kesadaran penuh akan keberadaan kita Tanah Air Indonesia. Banyak orang yang lari ke luar negeri untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Akan tetapi Tuhan menghendaki supaya kita menjadi orang-orang yang peduli, dan sadar akan apa kehendak Tuhan meletakkan kita di negara Indonesia. Ia mau supaya kita pun turut membangun negara ini, bahkan dengan tindakan atau pekerjaan yang kecil sekalipun. Kesadaran kita akan hidup kita di tanah air diharapkan dapat membuat rasa memiliki akan bangsa ini semakin besar, dan kita pun jadi bisa turut membangun bangsa ini.

Kemerdekaan bangsa kita sesungguhnya bukan hanya di tangan para pahlawan pendahulu kita, bukan hanya di tangan pejabat pemerintahan, tetapi juga ada di tangan kita, tangan-tangan setiap generasi yang hadir di tengah-tengah bangsa ini. Dan sebagai umat kristiani pun kita punya peran kita juga untuk turut membangun bangsa ini seperti dasar Kasih yang telah Yesus ajarkan. Sehingga cita-cita kemerdekaan sejati yang dicitakan oleh para pendahulu kita dan oleh kita semua juga, dapat diciptakan bersama-sama, bersatu hati, dengan iman dan pertolongan Tuhan.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-71! Tuhan memberkati kita sekalian.



Solo, 12 Agustus 2016.
a.n. Majelis Jemaat GKI Sangkrah, Solo
Emmanuela Febrima Yuliana Mouwlaka
Pdt. Mungki A. Sasmita
(yang tak sempat dipublikasikan)

Surat Penggembalaan: Selamatkan Anak-anak dari Kejahatan Seksual!


Kasus Yuyun, siswi SMP di Bengkulu yang menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh 14 orang remaja ingusan, telah mengejutkan segenap masyarakat Indonesia. Dari kasus ini, hari demi hari kita disuguhi pemberitaan tentang berbagai kekerasan seksual terhadap anak-anak yang telah terjadi selama ini.Yuyun hanyalah salah satu dari sekian banyak anak korban kekerasan seksual di Indonesia yang sangat mengerikan.Data yang dapat dihimpunmenunjukkan bahwa dari tahun ke tahun angka kekerasan seksual pada anak cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 terjadi 1.445 kasus; tahun 2014 tercatat 1.423 kasus dan tahun 2015 terdapat 1.718 kasus (http://nasional.kompas.com/read/2016/05/13/23025921/Mendikbud.Nilai.Kekerasan.Seksual.pada.Anak.Muncul.karena.Potensi.Masalah.Dibiarkan).

Kejahatan seksual terhadap anak jelas tidak dapat dipandang sebelah mata.Maka tidaklah berlebihan bila kondisi ini disebutkan sebagai keadaan darurat.Entah korban itu akhirnya tewas dibunuh atau dibiarkan tetap hidup, keduanya tetap mengundang keprihatinan yang teramat mendalam, bahkan juga kegeraman yang luar biasa besar. Betapa tidak? Seorang bocah yang mestinya memiliki masa kehidupan yang panjang, secara tiba-tiba tercabut dari kehidupannya dan tewas dalam kondisi yang teramat menyedihkan. Demikian pula bila si bocah tetap dibiarkan hidup, ia akan menanggung trauma yang tidak pernah dapat disembuhkan sepanjang hidupnya. Tidak sedikit korban kekerasan seksual di masa kanak-kanak akan tetap menangis ketika menceritakan kembali pengalaman traumatis itu, sekalipun peristiwa itu telah berlalu puluhan tahun lamanya. Masa kanak-kanak yang mestinya dilewati dengan penuh keriangan, pada detik ketika penjahat seksualmenjamahnya, ia kehilangan semua keriangan itu.

Sebagai orang dewasa dan juga orang tua, kita harus mencegah dan berusaha sekuat tenaga menghentikan kejahatan ini.Kita harus menyelamatkan anak-anak kita yang polos dan lugu ini dari tangan-tangan satanik.Untuk itu baiklah kita memperhatikan berbagai penyebab terbukanya peluang kejahatan seksual ini, agar kita dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan pengamanan secara tepat dan bijak.


Beberapa Faktor Penyebab Kejahatan Seksual Pada Anak di Indonesia

1.       Ancaman hukuman yang relatif ringan, sistem penegakan hukum yang lemah serta menuntut biaya yang tinggi serta proses yang amat melelahkan mental dan fisik pelapor, membuat korban dan keluarganya seringkali menghindari proses hukum terhadap penjahat seks. Bila pun pelaku mendapatkan hukuman, vonis yang dijatuhkan terasa jauh dari rasa keadilan masyarakat, khususnya korban dan keluarganya. Para pelaku pemerkosa Yuyun hanya dituntut 10 tahun penjara. Sungguh merupakan kenyataan pahit yang mesti ditelan oleh keluarga yang kehilangan seorang putrinya secara biadab.  Memang disadari sepenuhnya bahwa hukuman yang berat belum tentu menghentikan kebiadaban para (calon) penjahat seks tersebut. Tetapi setidaknya ancaman hukuman yang berat akanmembuat para calon pelaku akan berpikir ulang sebelum melakukan aksi-aksi kejinya.

2.       Kemajuan teknologi informasi (internet dan gadget) telah memudahkan penyebaran berbagai materi kekerasan maupun hal-hal yang berbau pornografi.Hal-hal yang berbau pornografi tersebut dapat berupa beberapa hal berikut;
a) pornografi – berupa gambar-gambar seksual,
b) pornoteks – berupa tulisan bisa dalam bentuk cerita seksual, buku komik, dll,
c) pornosuara – berupa suara yang berisi tuturan hal-hal seksual
d) pornoaksi – berupa gerakan tubuh, dan juga menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu, dan
e) pornomedia – berupa tayangan-tayangan hal seksual yang ditampilkan oleh media; televisi, film, video, dll.
Hal-hal seperti disebutkan di atas telah mencuci otak anak-anak kita dengan imajinasi dan fantasi liar tentang hal-hal yang tidak sesuai dengan usia dan perkembangan jiwa dan mental mereka.

3.       Hasil penelitian menunjukkan suatu kondisi yang sungguh amat memprihatikan, bahwa ternyata banyak orang Indonesia di bawah usia 25 tahun telah mengalami kecanduan pornografi (porn addiction) yang disebabkan karena terlalu sering mengkonsumsi materi-materi pornografi. Hal kecanduan materi pornografi dan dampak destruktif (perusakan) pada otak anak-anak dan remaja pernah dipaparkan oleh ibu Elly Risman pada tahun 2008 dalam ajang pertemuan ilmiah IPK (Ikatan Psikologi Klinis) dan APSIFOR (Asosiasi Psikologi Forensik). Namun tanggapan pada masa itu dinilai sangat tidak memuaskan.

4.       Lagu-lagu yang popular di masyarakat menjual hal-hal seksual tanpa memperhatikan pasar yang mendengarkannya adalah termasuk juga anak-anak dan remaja.Banyak lagu yang disukai itu hanya berisikan syair-syair yang menonjolkan hal-hal seksual. Salah satu contoh adalah dengan menciptakan lagu yang mengarah pada bagian tubuh tertentu seperti dada dan paha yang kian menyulut fantasi liar anak-anak dan remaja.

5.       Kesadaran yang amat minim dari pada orang tua, pendidik maupun pembimbing anak-anak untuk memberikan pendidikan seks pada anak-anak secara tepat.Para orang tua masihsaja merasa canggung atau tabu untuk membicarakan masalah seks dengan anak-anaknya. Jauh sebelum teknologi internet merasuki kehidupan manusia, para pemerhati pendidikan anak telah berulang kali mengingatkan pentingnya pendidikan seks pada anak sedini mungkin. Tetapi bahkan ketika dunia sudah diubah sedemikian rupa dengan kehadiran internet, kesadaran untuk memberikan pendidikan seks di usia dini tetap saja terabaikan.

6.       Banyak orang tua yang kurang membekali anak-anaknya tentang perlindungan diri, sehingga banyak anak tidak melaporkan kepada orang tua apabila ada orang lain yang secara tidak bertanggung jawab menyentuh bagian-bagian tubuh yang sangat pribadi. Banyak pula orang tua yang tidak secara tegas mendidik anak-anak laki-lakinya untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak senonoh terhadap lawan jenisnya.

7.       Nutrisi fisik hormonal yang terkandung dalam makanan masa kini semakin membuat anak mengalami kematangan hormon dan organ seksual sebelum waktunya. Kematangan dini membuat anak tidak siap menghadapi dan mengendalikan dorongan seksual yang muncul dari dalam dirinya.

8.       Lack of safety and security system (minimnya sistem keamanan dan pengamanan) yang bertujuan memberi perlindungan pada anak-anak dan perempuan secara bersamaan, juga memberikan sumbangan terjadinya peristiwa kejahatan seksual tersebut. Orang tua di tengah segala kesibukannya dan tanpa kewaspadaan,meninggalkan anak-anaknya di rumah tanpa pengawasan yang memadai. Padahal justru predator atau pemangsa anak-anak seringkali adalah orang-orang yang ada di sekitar rumah mereka.

9.       Kemiskinan membuat sebuah keluarga tinggal di sebuah rumah yang teramat sempit, berdesak-desakan dengan para tetangga, dan membuat anak melihat aktivitas-aktivitas seks dalam kondisi tersebut. Tidak sedikit orang tua yang tidur bersama beberapa anaknya dalam satu kamar yang teramat sempit. Akibatnya aktivitas intim orang tua (baik orang tua sendiri atau orang dewasa yang tinggal di sebelah rumah) dapat didengar atau bahkan dilihat oleh anak-anak.

10.   Kesulitan ekonomi juga membuat kedua orang tua sibuk mencari nafkah untuk kehidupan sehari-harinya, ibu yang harus bekerja berjauhan dengan keluarganya (menjadi TKW di luar negeri misalnya), konflik suami-istri yang berakhir dengan perceraian, menyebabkan terjadinya disfungsi keluarga sebagai tempat anak bertumbuh dengan sehat baik secara fisik, mental maupun spiritual.Tidak jarang pula figur orang tua menjadi figur yang jauh dari ramah dan bersahabat. Figur orang tua terkadang dekat sekali dengan kekerasan dan ketidakpedulian. Dalam kondisi demikian anak-anak bertumbuh tanpa arahan, bimbingan dan didikan yang sungguh amat dibutuhkannya, sehingga keluarga kehilangan fungsi dasarnya sebagai tempat pembentukan karakter dan kepribadian anak.


Langkah-langkah Penting Pencegahan

Berikut adalah langkah-langkah penting yang perlu dan harus diperhatikan oleh kita sebagai orang dewasa dan orang tua tentang bagaimana pencegahan yang bisa diberikan kepada anak di tengah kondisi darurat kekerasan seksual pada anak ini.

1.       Berikan pendidikan seks sedini mungkin kepada anak-anak kita. Terangkan kepada anak-anak perbedaan alat-alat reproduksi laki-laki dan perempuan dan apa fungsinya di masa depan anak-anak nanti. Sebutkan nama alat kelamin dengan istilah ilmiah. Hindari penggunaan istilah alat kelamin yang vulgar atau kasar, atau sebaliknya hindari juga menggunakan istilah lain yang menutup-nutupi istilah bakunya (misalnya menggunakan kata “burung” untuk alat kelamin pria, yang betul sebutkan saja “penis” yang adalah istilah ilmiahnya). Terangkan pula bahwa dari alat kelamin inilah lahir anak-anak, tetapi juga perlu ditekankan bahwa hal itu hanya boleh dilakukan bila anak-anak sudah berusia dewasa dan sudah ada dalam ikatan suami-istri. Bila Anda mengalami kesulitan untuk memberikan pendidikan seks bagi anak-anak Anda, berkonsultasilah dengan guru-guru di sekolah atau para ahli.

2.       Learning by senses (belajar dari panca indera). Agar pendidikan seks tidak menjadi sesuatu yang abstrak, para orang tua dianjurkan untuk terkadang mengajak anak-anak usia balita untuk mandi bersama, sehingga secara visual mereka dapat melihat perbedaan alat-alat reproduksi antara laki-laki dan perempuan. Dalam kesempatan itu juga orang tua dapat menjelaskan kepada anak-anak tentang alat-alat reproduksi tersebut dalam suasana yang akrab. Mengapa balita? Karena di usia ini sensori-motor anak sedang berkembang dan ia akan menemukan konsep-konsep baru untuk terus ditanam dalam ingatannya. Oleh sebab itu  usiabalita disebut juga sebagai golden age (usia emas) karena di masa itulah masa-masa keemasan dan penting untuk membangun anak, apakah ia akan bertumbuh menjadi baik atau malah sebaliknya. Semua tergantung bagaimana kita sebagai orang tua membentuk anak-anak di masa-masa ini.

3.       Orang tua berhubungan intim dengan melihat situasi dan kondisi anak. Bila kondisi rumah amat terbatas, sehingga anak-anak mesti tidur bersama dengan orang tua, atau kamar hanya disekat seadanya, maka para orang tua hendaknya sangat berhati-hati ketika melakukan hubungan intim.

4.       Perhatikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (laptop, komputer, handphone, tablet, dan gadget lain) milik anak-anak Anda. Memperhatikan bukan berarti mengawasi 24 jam bagaimana anak-anak Anda memakai gadget milik mereka. Memperhatikan berarti Anda membangun komunikasi dengan baik dengan anak-anak Anda, mengenai apa yang mereka lakukan dengan gadget mereka. Sampaikan pada anak, apabila mereka menemukan hal-hal yang tidak pernah mereka ketahui sebelumnya, tunjukkan kepada orang tua agar orang tua bisa memberikan pengetahuan dan arahan yang tepat dan benar.

5.       Orang tua perlu menegaskan kepada anak-anaknya untuk tidak melakukan tindakan tidak senonoh terhadap lawan jenisnya.Apa yang dimaksudkan dengan tindakan tidak senonoh mesti diterangkan sejelas-jelasnya, misalnya menjelaskan bahwa mereka tidak boleh memegang, menyentuh atau meraba dada, pantat, maupun penis atau vagina kawannya. Demikian pula orang tua perlu mendidik anak laki-laki maupun perempuan untuk menjauhi segala bentuk kekerasan fisik maupun kata-kata terhadap kawan-kawannya.

6.       Apabila orang tua harus bekerja di luar rumah sepanjang hari, adalah penting untuk memiliki tempat yang aman bagi anak-anak sementara mereka bekerja. Pada umumnya rumah kakek-nenek adalah tempat yang tepat untuk menitipkan anak. Tetapi tidak selalu kondisi ideal ini dimiliki oleh keluarga-keluarga muda. Di luar negeri biasanya terdapat tempat penitipan anak sementara orang tuabekerja, seperti misalnya day-care. Namun tempat-tempat itu biasanya berbiaya tinggi, sehingga tidak semua orang tua juga dapat membiayainya. Di Gereja Presbiterian Korea ada jemaat-jemaat yang menyediakan day-care bagi anak-anak dari keluarga yang kedua orang tuanya bekerja sepanjang hari.

7.       Jangan biarkan anak perempuan berjalan sendirian, apalagi bila ia harus melewati daerah-daerah rawan kejahatan seperti misalnya tempat-tempat yang jauh dari keramaian. Pikiran bahwa itu sudah biasa dilakukan oleh si anak haruslah dihentikan. Mengapa demikian? Karena hampir semua kasus pemerkosaan anak tidak terjadi pada malam hari, tetapi justru pada siang hari dan di tempat-tempat yang biasa dilewati oleh si anak.

8.       Pasangan suami istri (pasutri) perlu secara serius membina hubungan yang mesra dan harmonis. Keretakan atau kehancuran perkawinan pasti akan berdampak sangat negatif bagi perkembangan kejiwaan anak-anaknya. Seorang anak laki-laki berusia 9 tahun ditetapkan sebagai salah satu pelaku pemerkosaan terhadap seorang anak gadis berusia 4 tahun (sumber dari Kompas.com). Dan dalam penyelidikan, didapati bahwa anak laki-laki ini tumbuh dalam keluarga yang berantakan. Bila sudah terjadi demikian, siapa yang mesti bertanggung jawab? Salah siapakah semuanya ini?

9.       Gereja juga perlu membekali baik orang tua maupun guru-guru sekolah minggu tentang pendidikan seks bagi anak. Dengan demikian para orang tua maupun guru-guru sekolah minggu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk membimbing anak-anak secara tepat dan benar.

Tidak ada anak yang dilahirkan dalam kondisi mengetahui apa itu hal-hal yang porno. Hal yang dapat membuat mereka mengetahui itu di kemudian hari adalah lingkungan sekitar mereka tempat mereka belajar dan bermain. Oleh sebab itu, mari kita manfaatkan momen lingkungan ini untuk membekali anak-anak kita dengan pendidikan seks yang tepat, agar mereka tidak tersentuh oleh tangan-tangan jahat pelaku kekerasan seksual, dan dapat menatap masa depan mereka dengan tawa, keceriaan dan penuh dengan harapan. Tuhan memberkati dan memampukan kita sekalian.



Solo, 19 Mei 2016.
a.n. Majelis Jemaat GKI Sangkrah, Solo
Pdt. Mungki A. Sasmita

Emmanuela Febrima Yuliana Mouwlaka

"Mewartakan Damai Sejahtera Kristus"


Bangsa Israel adalah bangsa yang penuh dengan pergumulan. Banyak pengalaman-pengalaman suka, dan tidak sedikit duka mereka alami. Terutama di dalam kondisi duka mereka sangat membutuhan rahmat dan pertolongan dari Allah Bapa. Pengharapan akan hari rahmat Tuhan adalah hal penting yang selalu dijaga dan dinantikan oleh bangsa Israel. Pengharapan ditampilkan dan disimbolkan dalam peristiwa tahun Yobel. Pada saat tahun Yobel tiba, yaitu tahun ke-50, dibunyikanlah syofar (sangkakala) untu menandakan bahwa pembebasa dan penebusan telah terjadi. Suara sangkakala menggemakan suara pengharapan panjang yang terwujud. Oleh karena itu, semua orang Israel akan bersorak-sorai dan merayakan tahun ini dengan sukacita.

Perayaan tahun Yobel menunjukkan kepada kita bahwa bangsa Israel pun menyadari penuh bahwa Allah adalah Allah yang memberikan rahmat, menolong, dan melimpahi kita dengan damai sejahtera. Apabila Allah telah memberikan damai sejahtera-Nya bagi kita, maka sudah menjadi kewajiban kita juga untuk mewartakan damai sejahtera-Nya, terutama setelah kita melihat karya penyaliban dan kebangkitan Kristus yang semakin meyakinkan kita bahwa Allah memelihara, menolong dan memberikan damai sejahtera bagi kita, seluruh umat manusia. Bagaimana cara kita mewartakan kabar damai sejahtera Kristus tersebut?

Pertama, bangun kesadaran penuh dalam diri bahwa hidup kita bisa terjadi karena kebaikan dan damai sejahtera dari Tuhan kita Yesus Kristus. Kesadaran akan kondisi hidup kita yang telah ditolong dan dilimpahi damai sejahtera oleh Tuhan menjadi sangat penting, karena dengan kesadaran itu kita akan terus mengingat dan menyadari bahwa hidup kita itu ada dalam tuntunan tangan Tuhan. Dan dengan kesadaran itu, maka hidup yang sukacita dan penuh damai sejahtera akan tercermin dalam kehidupan kita sehari-hari, dan di sanalah orang lain bisa melihat.

Kedua, jadilah surat Kristus yang terbuka. Menjadi surat Kristus yang terbuka artinya hidup kita harus kita isi dengan hal-hal yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kristus melalui karya-Nya telah memberikan banyak teladan bagi kita. Sikap hidup-Nya yang sederhana, penuh kasih dan rendah hati, menjadi batu penjuru bagaimana kita pun juga harus bersikap di dalam kehidupan kita sehari-hari. Apabila kita bisa menjadi surat Kristus yang terbuka, maka orang lain yang melihat hidup kita pun, dalam rahmat Allah bisa mendapatkan damai sejahtera yang sama seperti yang telah kita dapatkan.

Karya dan kebangkitan Kristus telah membawa kemenangan yang sempurna bagi kita, dan juga damai sejahtera yang berlimpah. Marilah kita mewartakan dan membagikannya kepada sesama di sekitar kita, agar damai sejahtera itu juga bisa mereka rasakan dalam hidup mereka sehari-hari.


Solo, 03 April 2016

“Peka dan Hidup dalam Pembaharuan”


Tuhan selalu memberikan pembaharuan bagi kita. Pembaharuan yang seperti apa? Berikut ini adalah sebuah kisah pembaharuan Tuhan yang saya alami dalam bentuk sebuah penguatan bagi iman saya. Penguatan itu datang pada suatu malam, ketika seorang sahabat yang jauh di sana bertanya kepada saya mengenai ayat apa yang kira-kira tepat untuk dijadikan sebagai pedoman hidup untuk pengharapan. Maka dengan segera saya langsung membuka Alkitab saya. Hati saya mengatakan supaya saya membuka kitab Mazmur. Ketika saya menyusuri lembar demi lembar kitab Mazmur, akhirnya mata saya terpaku pada sebuah ayat yang sangat indah yang berbunyi demikian,

“Hanya dekat Allah saja aku tenang, daripada-Nyalah keselamatanku..” – Mazmur 62:2

Ketika mata, hati dan pikiran saya menggumuli ayat ini, saat itu juga laptop setia saya yang saat itu sedang memutar lagu-lagu rohani, memutarkan juga sebuah lagu pujian dengan lirik yang sama yang bersumber dari Mazmur yang sama, “Hanya dekat Allah saja aku merasa tenang.. Daripada-Nyalah kes’lamatanku.. Hanya Dia gunung batu dan kes’lamatanku”. Tiba-tiba hati saya terasa begitu sesak, air di dalam mata saya menetes keluar. Saya merasa bahwa saya adalah seseorang manusia yang tidak ada apa-apanya. Seorang manusia yang kerapkali lari dari pegangan tangan Allah. Padahal sudah sangat jelas apa yang Ia katakan, Ia dekat pada saya dan memberikan keselamatan bagi saya.

Saudara yang terkasih, kerapkali dalam kehidupan kita, kita menjalaninya dengan sekadarnya saja. Mungkin kita sering berkata, “Ah, memang sudah berjalannya demikian, maka rutinitas seperti inilah yang selalu saya lakukan”. Akibat dari merasa terlalu biasa dengan rutinitas itu, membuat pertumbuhan iman kita pun menjadi biasa. Dan dampak dari pertumbuhan iman yang biasa-biasa saja, atau bahkan tidak ada pertumbuhan, hanya stagnan saja, membuat hubungan kita dengan Allah pun menjadi biasa. Inilah yang membuat kita akhirnya merasa jauh dari Tuhan. Kesibukan yang padat dan segala rutinitas itu membuat kita lupa untuk menemukan anugerah-anugerah Tuhan yang begitu banyak jumlahnya dalam hidup kita. Kesibukan yang padat dan rutinitas itu membuat kita lupa bahwa kita bisa melakukan semuanya itu hanyalah karena kasih setia Allah yang selalu tercurah untuk kita.

Saudara yang terkasih, hidup yang stagnan dapat menjadi penghambat bagi pertumbuhan iman kita. Kita membutuhkan pembaharuan-pembaharuan dalam diri kita. Kita membutuhkan kompor-kompor untuk memanaskan penghayatan perjalanan iman dan hidup kita bersama Allah. Dan untuk bisa memperoleh pembaharuan itu syaratnya hanya ada satu, jadilah manusia yang peka. Seperti dalam pengalaman yang saya alami, saya belajar peka pada peringatan-peringatan dan perhatian yang Allah berikan bagi saya. Saya peka bahwa Allah sedang mengingatkan kepada saya, “Mari dekat kepada-Ku, anak-Ku”. Kadang kita mengandalkan pembaharuan itu bisa kita dapatkan dari orang lain, dari khotbah di gereja, dari orang-orang di gereja. Itu semua tentu perlu, sebagai jalan masuk, sebagai cara Tuhan mengingatkan kepada kita, seperti juga Tuhan memakai sahabat saya untuk mengingatkan saya. Tetapi meski begitu, hal yang lebih penting adalah kita pun juga harus peka terhadap peringatan Tuhan tersebut dan mau belajar untuk bertumbuh melalui peringatan-peringatan tersebut serta melakukan pembaharuan dalam hidup kita masing-masing.

Saudara yang terkasih, ya, memang Allah dekat. Ia memberikan begitu banyak tanda dalam kehidupan tentang betapa kasihnya Dia kepada kita. Ia menyediakan pembaharuan-pembaharuan dalam hidup kita agar kita semakin menjadi anak-anak-Nya yang dibaharui, bertumbuh dan dapat menjadi berkat bagi sesama kita yang lain. Pertanyaannya, maukah kita menerima itu semua dan mulai membuat pembaharuan-pembaharuan di dalam hidup kita agar hidup kita bisa menjadi berkat? Jawabannya ada pada tangan kita masing-masing..

Selamat semakin menghayati Masa Penantian, selamat menemukan tanda-tanda dari Allah dan selamat membuat pembaharuan-pembaharuan di dalam hidup kita..

Tuhan Allah memberkati kita sekalian..


Jakarta, 07 Desember 2014.

"Janji yang Digenapi"


Janji-Mu s’perti fajar di pagi hari
Yang tiada pernah terlambat bersinar
Cinta-Mu s’perti sungai yang mengalir
Dan ku tau betapa dalam kasih-Mu

Apabila kita mendengar kata janji Tuhan, sedikit atau bahkan banyak dari kita pasti ingat dengan lagu di atas. Tapi tahukah kita bahwa lagu ini berangkat dari sebuah pengalaman hidup yang sulit dan berat? Adalah Afen Hardiyanto. Afen saat ini tinggal di Malang bersama dengan istrinya, Ana Naomi dan kedua anaknya yang berumur 12 tahun dan 10 tahun, Vanessa Manuela Hardiyanto dan Victor Nathanael Hardiyanto. Afen dan istrinya berpacaran sejak duduk di bangku SMA. Awalnya hubungan mereka ditentang oleh pihak keluarga istrinya, namun mereka tetap menjalin hubungan sampai akhirnya mendapat restu untuk menikah. Tanpa disadari, ternyata Afen menyimpan kepahitan akibat penolakan yang pernah ia terima dari keluarga istrinya. Hal ini menyebabkan hubungan pernikahan mereka menjadi kurang harmonis. Dan dampak dari hal itu juga, muncul orang ketiga yang semakin memperkeruh hubungan pernikahan Afen dan istrinya. Afen bahkan pernah ada dalam masa begitu membenci istrinya, sudah tidak ada lagi kasih di sana. Namun meskipun itu yang terjadi, istrinya tidak pernah sekalipun membalas kekasaran yang ia terima dari Afen. Bahkan ia berpuasa ketika kehamilan anak keduanya. Namun apapun yang dilakukan istrinya, Afen tidak mempedulikannya, bahkan ia memulangkan istri dan anaknya pulang ke rumah orang tua istrinya. Orang tua Ana marah dan mengharapkan anaknya lebih baik bercerai saja.

Dalam situasi sendiri dan menjalani kehidupan seperti yang ia inginkan, suatu kali Afen ditegur oleh Tuhan. Teguran itu membuatnya sangat terluka. Ia begitu merindukan anaknya yang pertama, dan di saat itu juga hatinya hancur dan ia menangis sejadi-jadinya. Dan ketika hatinya hancur itu Afen mendapatkan notasi dalam kepalanya, dan ia menuliskan lirik serta notasi lagu “Janji-Mu s’perti Fajar”. Singkat cerita, lagu ini yang tadinya mau disimpan secara pribadi oleh Afen rupanya justru bisa dibagikan kepada orang banyak melalui pendeta gerejanya. Dan keluarga Afen pun juga pulih karena pertolongan yang Allah berikan dalam diri Afen, dan berdampak pada pemulihan di dalam keluarganya.

Saudara yang terkasih, pernahkah kita menyadari, di dalam hidup ini, hadiah apakah yang terbaik yang dimiliki oleh kita sebagai orang Kristen? Hadiah terbaik yang kita miliki adalah penyertaan Allah, dan itu adalah janji-Nya. Allah memberikan janji-Nya kepada manusia semenjak awal mula sejarah kehidupan manusia berlangsung. Ia berjanji bahwa Ia akan menolong dan menyertai manusia dalam setiap lika-liku yang manusia hadapi. Dan rupanya apa yang Allah katakan, berikan kepada manusia itu tidak hanya berhenti pada janji. Ketika kita berjanji pada orang lain, hal yang dapat membuat kita semakin dipercaya adalah ketika kita menepati janji kita itu. Begitu juga dengan Allah. Allah selalu mengulang-ulang janji-Nya bagi kita, meyakinkan kepada kita penyertaan dan pertolongan-Nya akan selalu ada. Dan itu tidak hanya berhenti pada kata-kata saja, Allah membuat janji itu menjadi kenyataan. Kita dapat melihat banyak contoh penyertaan Allah dalam kisah kehidupan manusia. Allah berjanji pada Nuh akan menyelamatkan keluarganya dari air bah, dan Allah membuatnya jadi. Allah berjanji pada Abram yang pada saat itu belum mempunyai keturunan bahwa keturunannya akan banyak seperti bintang di langit dan pasir di laut, dan Allah membuatnya jadi juga. Dan seperti contoh di awal juga yang sudah kita lihat bahwa penyertaan Allah yang luar biasa terjadi juga dalam kehidupan keluarga Afen Hardiyanto.

Saudara yang terkasih, seperti yang sudah dapat kita lihat bersama, janji-janji Allah itu sudah digenapi, sudah dipenuhi, sudah dijadikan nyata oleh-Nya. Tinggal kita sebagai umat kita mau membuka tangan kita dan meraih janji-janji itu atau tidak. Memang pergumulan hidup tidak akan habis, tidak akan hilang sama sekali. Tetapi saat itulah ketika kita mau dibetuk oleh Allah, maka kita akan menemukan penyertaan-penyertaan itu, pertolongan-pertolongan yang dari Allah sendiri. Dan ingatlah bahwa itu adalah hadiah terbaik bagi kita anak-anak-Nya. Janji Allah seperti fajar di pagi hari yang tiada pernah terlambat bersinar..

Selamat menghayati dan memegang janji-Nya, dan selamat menemukan penggenapan-penggenapan janji-Nya dalam hidup kita..

Tuhan Allah memberkati kita sekalian..



Jakarta, 26 Oktober 2014.

“Tanganku Dipegang Teguh”


Putra Jid Redmond, Derek, berusia 26 tahun, difavoritkan menang dalam lomba lari harak 400 meter pada Olimpiade Barcelona 1992. Ketika ia berada di separuh lintasan pada babak semifinal, cedera menghantam kaki kirinya. Ia jatuh rubuh di jalur lintasan dengan urat lutut yang robek. Ketika tim medis mendekat, Redmond berusaha melawan rasa sakit kakinya. “Ini adalah naluri binatang,” katanya kemudian.

Ia menata kembali harapannya, mendorong para pelatihnya dan berusaha keras menyelesaikan perlombaan. Ketika Redmond mencapai jalur lintasannya, seorang laki-laki bertubuh besar menerobos kerumunan penonton. Ia mengenakan t-shirt bertuliskan “Apakah Anda sudah memeluk anak Anda hari ini?” dan topi bertuliskan “Lakukan Saja”. Laki-laki itu adalah Jim Redmond, ayah Derek. “Kamu tidak harus melakukan ini,” katanya kepada anaknya yang menangis. “Ya, saya harus melakukannya,” ucap Derek. “Baiklah kalau begitu,” kata Jim, “kita akan menyelesaikannya bersama.” Mereka pun melakukannya. Jim merangkul bahu Derek. Ia membantu putranya yang terpincang-pincang melintasi garis finish. Sambil mengusir tim keamanan, kadang-kadang kepala si anak terbenam di bahu ayahnya, mereka tetap berada di lintasan Derek sampai selesai. Penonton bertepuk tangan, kemudian berdiri, lalu bersorak. Mereka menangis ketika melihat ayah dan anak itu melewati garis finish menyelesaikan perlombaannya.

Selalu ada masa dalam kehidupan kita, kita mengalami situasi-situasi sulit yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, tidak pernah kita harapkan terjadi sebelumnya. Sakit-penyakit yang tiba-tiba menyerang kita atau sanak keluarga kita, pertengkaran di dalam rumah tangga antara suami dan istri, antara orang tua dan anak, antara saudara dengan saudara, permasalahan di dalam lingkungan kerja yang mengancam kita hingga bisa dipecat, permasalahan dengan tetangga di rumah yang rasanya seperti ingin terus mengajak bertengkar, atau juga masalah di dalam pelayanan kita gereja dan permasalahan-permasalahan lainnya. Kita adalah manusia biasa. Kita tidak pernah dapat lari dari permasalahan-permasalahan yang datang ke dalam hidup kita. Namun meskipun kita tidak dapat lari, hal yang dapat kita lakukan adalah pada bagaimana kita merespon permasalahan-permasalahan tersebut, mau menjadikannya sebuah jalan kutuk atau jalan berkat, semuanya tergantung pada setiap kita.

Dan satu hal yang paling pasti saudara terkasih, dan yang paling penting, meskipun permasalahan itu tak kunjung habis dalam hidup dan kita tidak dapat lari darinya, ingatlah bahwa penyertaan Allah selalu ada bagi kita. Sering bukan kita menyalahkan ketidakhadiran Tuhan dalam hidup kita. Ketika ada dalam situasi itu, sebenarnya kita sendiri yang sedang lari dari-Nya, kita yang mengalihkan diri dari pandangan-Nya. Ingatlah cerita di atas  tadi, Jim Redmond selalu memperhatikan anaknya yang sedang berlari dari tribun penonton. Ia memperhatikan dengan seksama apa yang anaknya lakukan. Ia memperhatikan setiap gerak-gerik yang anaknya lakukan di lapangan. Dan begitu situasi sulit itu datang, Jim Redmond datang kepada anaknya dan memberinya pertolongan pada waktu yang tepat. Begitu juga dengan Allah kita, Ia memandang kita, memperhatikan setiap hal yang kita lakukan, Ia tidak pernah melepaskan pandangan-Nya kepada anak-anak-Nya. Dan begitu anak-Nya membutuhkan pertolongan Ia datang mengulurkan tangan-Nya dan bahkan merangkul kita.

Hal ini mengingatkan kita pada sebuah cerita klasik yang sangat mendalam maknanya, The Footsteps. Ada seseorang yang berjalan di pantai, ia melihat ada dua jejak kaki, jejak kakinya dan jejak kaki Allah. Namun ketika masa-masa sulit datang, ia hanya melihat satu pasang jejak kaki. Ia kecewa dan bertanya, ke mana Allah ketika ia sedang ada dalam situasi sulit. Rupanya apa yang ia lihat, sepasang jejak kaki itu, bukanlah jejak kakinya. Melainkan jejak kaki Allah yang sedang menggendongnya dalam situasi yang sulit.

Mazmur 91:15 berbunyi demikian, “Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.”
Saudara yang terkasih, hadiah yang terindah yang kita miliki sebagai orang percaya adalah memperoleh penyertaan Allah. Hadiah itu adalah hadiah terbaik dari segala hadiah yang ada di dunia ini. Maka dari itu bersyukurlah karena setiap kita memperoleh hadiah itu. Tidak pernah sekalipun Allah berniat melepaskan tangan-Nya dari kita. Ia senantiasa memegang teguh tangan kita, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Selamat merengkuh tangan-Nya dan berjalan sampai garis akhir bersama-Nya..
Tuhan Allah memberkati kita sekalian..



Jakarta, 19 Oktober 2014.

Selasa, 10 Januari 2017

“Jangan Beriman kepada Ilah Palsu”

Saya teringat pada sebuah cerita rakyat yang sangat terkenal berjudul “Bawang Merah dan Bawang Putih”. Saya yakin setiap kita pasti tidak asing dengan cerita yang satu ini. Bawang Putih yang saat itu mengejar pakaian ibu tirinya yang hanyut, menemukannya ada di rumah seorang nenek yang rumahnya dekat dengan muara sungai. Kemudian selama seminggu dia diajak oleh si nenek untuk menginap di rumahnya. Selama seminggu itu Bawang Putih bekerja dengan rajin. Sebagai hadiah dia diminta oleh si nenek untuk memilih satu dari dua buah labu untuk dibawa pulang, ada yang besar dan yang kecil, dan Bawang Putih memilih yang kecil. Sesampainya di rumah ia sangat terkejut karena ketika membuka labu tersebut, rupanya di dalamnya berisi permata dalam jumlah yang tidak sedikit. Bawang Merah pun iri, ia juga menginginkan hal yang sama. Kemudian dengan sengaja ia menghanyutkan pakaiannya di sungai yang sama, mengejarnya dengan mengarahkan langkah kakinya menuju ke rumah nenek itu, menanyakan pakaiannya, menginap dan akhirnya memilih labu yang besar dari dua yang ditawarkan ketika ia hendak pulang. Apa yang ditabur itulah juga yang dituai, pepatah mengatakan demikian. Bawang Merah yang semasa tinggal di rumah si nenek ia hanya bermalas-malasan saja, ketika ia membuka labu yang ia terima dari si nenek betapa terkejutnya ia, bukan permata yang banyak seperti yang ia harapkan, justru hewan-hewan berbisa seperti ular dan kalajengkinglah yang ia dapatkan.

Saudara yang terkasih, kerapkali kita mendengar cerita-cerita semacam ini, barangsiapa mengejar harta karun, harta kekayaan, jabatan dan semacamnya, ia akan berakhir pada celaka. Penekanan utama cerita-cerita semacam ini bukan pada boleh atau tidak mencari uang, kemakmuran, dan semacamnya, tetapi lebih kepada bagaimana kita memperlakukan uang dan hal semacamnya itu dalam kehidupan kita.

Firman Tuhan dalam Matius 6:24 berkata demikian, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Mamon sebenarnya tidak hanya berbicara mengenai uang saja. Hal lainnya pun dapat menjadi Mamon dalam kehidupan kita, misalnya pekerjaan yang terlalu kita agung-agungkan, hobi yang terlalu kita cintai, jabatan dan status yang hanya ingin didapat untuk kehormatan, dan lain sebagainya. Apabila kita menempatkan hal tersebut terlalu tinggi dibandingkan dengan Allah, maka kita sudah menjadikan hal-hal tersebut sebagai Ilah-ilah dalam kehidupan kita.

Saudara yang terkasih, ingatlah bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu. Pernyataan ini bukan berarti ingin menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang posesif dan egois. Tetapi mari kita tilik diri kita, bukankah kita juga tidak mau jikalau kita diduakan. Ketika kita sedang berbicara dengan orang lain, bukankah kita tidak ingin apabila lawan bicara kita tidak mengindahkan kita dan sibuk berbicara dengan orang lain? Ketika kita sedang berbicara dengan orang lain, tentu kita tidak ingin ia berbicara tetapi tetap sibuk mengotak-atik telepon genggamnya? Ketika kita sudah menikah, bukankah kita tidak ingin pasangan kita menikah lagi dengan orang lain? Begitulah juga yang dimaksudkan oleh Allah bahwa Ia tidak ingin umat-Nya menduakan dia. Kecemburuan yang Ia rasakan bukan berdampak bahwa Ia akan marah, tetapi lebih kepada Ia merasakan kesedihan yang mendalam atas cinta dan keimanan kita kepada Ilah yang lain itu, yang palsu itu, uang, harta, kehormatan, pekerjaan, jabatan, dan lain sebagainya.

Saudara yang terkasih, oleh karena itu marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing, sudah sejauh apa kita menempatkan Allah di dalam kehidupan kita? Sudahkah kita menempatkan Ia sebagai yang utama atas hidup kita? Sudahkan Ia menjadi sumber pencarian kita atas kebahagiaan, kemakmuran dan kedamaian yang kita harapkan? Matius 6:33 berbunyi demikian, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Jangan beriman kepada Ilah-ilah palsu itu. Mereka tidak dapat memberikan kebahagiaan sejati, kedamaian sejati, hanya Allah saja yang dapat, karena Ia sendirilah Sang Sejati itu.

Selamat menghayati.
Tuhan Allah memberkati kita sekalian..



Jakarta, 12 Oktober 2014.