Followers

Selasa, 10 Januari 2017

“Lebih Indah daripada Emas, Lebih Manis daripada Madu”


Satu-satunya orang yang selamat dari kecelakaan sebuah kapal, terdampar di sebuah pualu yang kecil dan tak berpenghuni. Pria ini segera berdoa supaya Tuhan menyelamatkannya, dan setiap hari dia mengamati langit mengharapkan pertolongan, tetapi tidak ada sesuatupun yang datang. Dengan capainya, akhirnya dia berhasil membangun gubuk kecil dari kayu apung untuk melindungi dirinya dari cuaca, dan untuk menyimpan beberapa barang yang masih dia punyai. Tetapi suatu hari, setelah dia pergi mencari makan, dia kembali ke gubuknya dan mendapati gubuk kecil itu terbakar, asapnya mengepul ke langit. Dan yang paling parah, hilanglah semuanya. Dia sedih dan marah, “Tuhan, teganya Engkau melakukan ini padaku?”. Dia menangis.
Pagi-pagi keesokan harinya, dia terbangun oleh suara kapal yang mendekati pulau itu. Kapal itu datang untuk menyelamatkannya.
“Bagaimana kamu tahu bahwa aku di sini?” tanya pria itu kepada penyelamatnya.
“Kami melihat tanda asapmu,” jawab mereka.
Mudah sekali bagi kita untuk menyerah ketika keadaan dalam hari-hari hidup kita menjadi buruk. Ketika masalah dalam rumah tangga, suami dan istri, orang tua dan anak, saudara dan saudara datang, atau masalah dalam pekerjaan, atau dalam pelayanan, atau ketika kita kehilangan hal-hal yang kita kasihi, dengan sangat mudah kita langsung menyerah dan mengambil pikiran-pikiran negatif. Padahal tanpa kita sadari, ketika pikiran negatif atau menyerah adalah hal pertama yang kita lakukan, secara psikologi, tubuh kita dapat menjadi tidak seimbang, sakit dan lain sebagainya. Di sini artinya kita dirugikan. Lalu secara spiritual pun, relasi kita dengan Allah menjadi jauh. Mengapa? Karena kerapkali dalam situasi-situasi sulit tersebut, orang yang pertama kali kita persalahkan adalah Allah.
Dalam menjalani kehidupan sebagai orang Kristen, sebenarnya ada banyak hal yang patut kita syukuri. Syukur yang terbesar adalah karena kita memiliki Allah yang senantiasa mengasihi kita. Ketika kita mengatakan bahwa Ia meninggalkan kita, sebenarnya justru kitalah yang sedang meninggalkan Dia. Dia sendiri tidak pernah lengah sedikitpun untuk memperhatikan dan menggandeng tangan kita. Lalu bagaimana kita bisa melihat penyertaan-Nya? Salah satunya lewat Firman yang Ia sudah berikan kepada manusia, melalui Alkitab yang dapat kita baca setiap saat, setiap waktu, kapanpun dan di manapun. Mari kita lihat bersama,

Ketika kita berkata, “Itu tidak mungkin.”
Tuhan berkata, “Tidak ada hal yang tidak mungkin.”
(Lukas 18:27)
Ketika kita berkata, “Aku terlalu capai.”
Tuhan berkata, “Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.”
(Matius 11:28)
Ketika kita berkata, “Tidak ada seorangpun yang mencintai aku.”
Tuhan berkata, “Aku mencintaimu.”
(Yohanes 13:16)
Ketika kita berkata, “Aku tidak mengerti.”
Tuhan berkata, “Aku akan menuntun langkah-langkahmu.”
(Amsal 3:5-6)
Ketika kita berkata, “Aku tidak bisa melakukannya.”
Tuhan berkata, “Kamu bisa melakukan semuanya.”
(Filipi 4:13)
Ketika kita berkata, “Aku tidak bisa memafkan diriku sendiri.”
Tuhan berkata, “Aku memaafkanmu.”
(I Yohanes 1:9)
Ketika kita berkata, “Aku tidak bisa mengatasi.”
Tuhan berkata, “Aku akan menyediakan kebutuhanmu.”
(Filipi 4:19)
Ketika kita berkata, “Aku selalu kuatir dan frustasi.”
Tuhan berkata, “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaku.”
(I Petrus 5:7)
Ketika kita berkata, “Aku tidak mempunyai iman yang kuat.”
Tuhan berkata, “Aku memberi setiap orang iman menurut ukurannya.”
(Roma 12:3)
Ketika kita berkata, “Aku merasa sendirian.”
Tuhan berkata, “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu atau membiarkanmu.”
(Ibrani 13:5)

Lihat, betapa indah bukan penyertaan Bapa. Kita dapat melihatnya melalui banyak hal dalam kehidupan kita sehari-hari. Dan supaya bisa melihatnya, ingatlah selalu penyertaan Bapa yang lebih indah daripada emas, dan lebih manis daripada madu manapun di dunia ini.
Tuhan Allah memberkati kita sekalian.



Jakarta, 05 Oktober 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar