Followers

Rabu, 11 Januari 2017

“Tanganku Dipegang Teguh”


Putra Jid Redmond, Derek, berusia 26 tahun, difavoritkan menang dalam lomba lari harak 400 meter pada Olimpiade Barcelona 1992. Ketika ia berada di separuh lintasan pada babak semifinal, cedera menghantam kaki kirinya. Ia jatuh rubuh di jalur lintasan dengan urat lutut yang robek. Ketika tim medis mendekat, Redmond berusaha melawan rasa sakit kakinya. “Ini adalah naluri binatang,” katanya kemudian.

Ia menata kembali harapannya, mendorong para pelatihnya dan berusaha keras menyelesaikan perlombaan. Ketika Redmond mencapai jalur lintasannya, seorang laki-laki bertubuh besar menerobos kerumunan penonton. Ia mengenakan t-shirt bertuliskan “Apakah Anda sudah memeluk anak Anda hari ini?” dan topi bertuliskan “Lakukan Saja”. Laki-laki itu adalah Jim Redmond, ayah Derek. “Kamu tidak harus melakukan ini,” katanya kepada anaknya yang menangis. “Ya, saya harus melakukannya,” ucap Derek. “Baiklah kalau begitu,” kata Jim, “kita akan menyelesaikannya bersama.” Mereka pun melakukannya. Jim merangkul bahu Derek. Ia membantu putranya yang terpincang-pincang melintasi garis finish. Sambil mengusir tim keamanan, kadang-kadang kepala si anak terbenam di bahu ayahnya, mereka tetap berada di lintasan Derek sampai selesai. Penonton bertepuk tangan, kemudian berdiri, lalu bersorak. Mereka menangis ketika melihat ayah dan anak itu melewati garis finish menyelesaikan perlombaannya.

Selalu ada masa dalam kehidupan kita, kita mengalami situasi-situasi sulit yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, tidak pernah kita harapkan terjadi sebelumnya. Sakit-penyakit yang tiba-tiba menyerang kita atau sanak keluarga kita, pertengkaran di dalam rumah tangga antara suami dan istri, antara orang tua dan anak, antara saudara dengan saudara, permasalahan di dalam lingkungan kerja yang mengancam kita hingga bisa dipecat, permasalahan dengan tetangga di rumah yang rasanya seperti ingin terus mengajak bertengkar, atau juga masalah di dalam pelayanan kita gereja dan permasalahan-permasalahan lainnya. Kita adalah manusia biasa. Kita tidak pernah dapat lari dari permasalahan-permasalahan yang datang ke dalam hidup kita. Namun meskipun kita tidak dapat lari, hal yang dapat kita lakukan adalah pada bagaimana kita merespon permasalahan-permasalahan tersebut, mau menjadikannya sebuah jalan kutuk atau jalan berkat, semuanya tergantung pada setiap kita.

Dan satu hal yang paling pasti saudara terkasih, dan yang paling penting, meskipun permasalahan itu tak kunjung habis dalam hidup dan kita tidak dapat lari darinya, ingatlah bahwa penyertaan Allah selalu ada bagi kita. Sering bukan kita menyalahkan ketidakhadiran Tuhan dalam hidup kita. Ketika ada dalam situasi itu, sebenarnya kita sendiri yang sedang lari dari-Nya, kita yang mengalihkan diri dari pandangan-Nya. Ingatlah cerita di atas  tadi, Jim Redmond selalu memperhatikan anaknya yang sedang berlari dari tribun penonton. Ia memperhatikan dengan seksama apa yang anaknya lakukan. Ia memperhatikan setiap gerak-gerik yang anaknya lakukan di lapangan. Dan begitu situasi sulit itu datang, Jim Redmond datang kepada anaknya dan memberinya pertolongan pada waktu yang tepat. Begitu juga dengan Allah kita, Ia memandang kita, memperhatikan setiap hal yang kita lakukan, Ia tidak pernah melepaskan pandangan-Nya kepada anak-anak-Nya. Dan begitu anak-Nya membutuhkan pertolongan Ia datang mengulurkan tangan-Nya dan bahkan merangkul kita.

Hal ini mengingatkan kita pada sebuah cerita klasik yang sangat mendalam maknanya, The Footsteps. Ada seseorang yang berjalan di pantai, ia melihat ada dua jejak kaki, jejak kakinya dan jejak kaki Allah. Namun ketika masa-masa sulit datang, ia hanya melihat satu pasang jejak kaki. Ia kecewa dan bertanya, ke mana Allah ketika ia sedang ada dalam situasi sulit. Rupanya apa yang ia lihat, sepasang jejak kaki itu, bukanlah jejak kakinya. Melainkan jejak kaki Allah yang sedang menggendongnya dalam situasi yang sulit.

Mazmur 91:15 berbunyi demikian, “Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.”
Saudara yang terkasih, hadiah yang terindah yang kita miliki sebagai orang percaya adalah memperoleh penyertaan Allah. Hadiah itu adalah hadiah terbaik dari segala hadiah yang ada di dunia ini. Maka dari itu bersyukurlah karena setiap kita memperoleh hadiah itu. Tidak pernah sekalipun Allah berniat melepaskan tangan-Nya dari kita. Ia senantiasa memegang teguh tangan kita, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Selamat merengkuh tangan-Nya dan berjalan sampai garis akhir bersama-Nya..
Tuhan Allah memberkati kita sekalian..



Jakarta, 19 Oktober 2014.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar