Pada suatu
hari di sebuah kerajaan, bertahtalah seorang raja yang sangat bijaksana bernama
Raja Sangrila. Meskipun ia begitu bijaksana, namun sangat disayangkan karena
putra mahkota, putra satu-satunya yang ia miliki tumbuh sebagai anak yang tidak
berbakti kepada orang tua. Ia kerapkali berbuat semau hatinya sendiri, tanpa
mempertimbangkan nasehat-nasehat dari orang lain.
Pada suatu
hari, putra mahkota berkumpul seperti biasa dengan teman-teman pemudanya. Mereka
minum anggur dan mabuk-mabukan. Dalam kondisi mabuk berat, putra mahkota beradu
mulut dengan salah seorang temannya dan mereka pun akhirnya bertarung. Keduanya
yang sama-sama mabuk berat oleh anggur saling coba mengalahkan satu sama lain,
hingga akhirnya putra mahkota mengambil botol anggur dan menghantamkannya pada kepala
temannya tersebut. Teman tersebut pun roboh dan akhirnya meninggal. Peristiwa
ini pun segera diketahui oleh orang-orang kerajaan. Menurut aturan kerajaan,
bagi seseorang yang kedapatan membunuh, maka ia harus dijatuhi hukuman pancung.
Raja Sangrila pun sangat bersedih atas kejadian itu. Meskipun tidak berbakti,
namun putra mahkota adalah putra yang sangat ia sayangi. Namun di satu sisi, ia
pun adalah seorang raja dan harus bersikap adil. Maka, atas pertimbangan yang berat,
Raja Sangrila pun memerintahkan untuk memenjarakan putra mahkota dan ia juga
akan dijatuhi hukuman pancung.
Pada hari
sebelum hukuman pancung dijatuhkan, Raja Sangrila mendatangi putra semata
wayangnya. Ia mohon ampun kepada anaknya atas peristiwa tersebut yang
sesungguhnya sama sekali tidak diinginkannya terjadi. Lalu persis ketika jam
hukum pancung akan dilaksanakan, putra mahkota yang kepalanya ditutupi kain
dibawa ke panggung pancung. Banyak rakyat yang sudah menunggu di sekitar panggung
itu. Ada yang tidak sabar menantikan hukuman itu, namun tidak sedikit juga dari
mereka yang menangis. Lalu algojo pun mempersiapkan pedangnya dan... putra
mahkota pun dipancung. Namun, betapa terkejutnya seluruh orang di tempat itu, ketika
kain penutup kepala dibuka, maka yang mereka lihat adalah kepala raja mereka,
Raja Shangrila. Ya, Raja Shangrila menukar posisi anaknya dengan dirinya
sendiri. Dengan demikian keadilan telah dilaksanakan dan anaknya pun juga
selamat.
Saudara
terkasih, kisah ini mengingatkan kita pada seseorang yang melakukan hal serupa
seperti yang Raja Shangrila lakukan. Ia menanggung kesalahan bahkan tidak hanya
kesalahan satu orang, melainkan seluruh kesalahan manusia di dunia. Ya, Ia
adalah Yesus, Tuhan kita. Apabila di atas salib-Nya bertuliskan “Inilah Raja Orang Yahudi”, namun
sesungguhnya kekuasaan-Nya tidak hanya sebatas itu saja. Ia adalah Raja
Sorgawi. Raja pemilik seluruh jagad dunia ini. Namun meskipun berstatus sebagai
raja, itu tidak mengurungkan niat-Nya untuk turun ke dunia yang penuh dosa dan
mau menukar dirinya sebagai ganti seluruh dosa kita. Ia adalah raja yang jauh
lebih rendah hati daripada kita. Hati-Nya jauh lebih murni daripada kita
manusia yang sering menganggap diri kita benar. Bersyukurlah karena kita memiliki
raja yang bijaksana seperti Dia, Raja yang penuh kasih dan mengasihi kita tanpa
syarat apapun! Yesus, Tuhan dan Raja kita senantiasa menyertai kehidupan kita.
Amin!
Surabaya, 20 Oktober 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar