Indonesia baru-baru ini dihebohkan dengan
berbagai macam berita. Salah satu berita yang menghebohkan adalah pengakuan
dari salah satu terpidana hukuman mati Fredy Budiman, gembong narkoba
internasional, yang mengaku bahwa dari dalam sel pun dia masih bisa
mengendalikan bisnis narkotikanya. Dia mengaku bahwa semua itu bisa terjadi
karena ada peran oknum penjara dan polisi yang membantunya. Berita lain yang
hampir serupa, dari terpidana hukum mati lainnya, Michael Titus, dia mengaku
bahwa dirinya dijadikan sebagai korban polisi untuk kenaikan jabatan. Michael
mengaku bahwa dirinya sama sekali tidak terlibat kasus narkoba, namun polisi
memaksanya untuk mengaku demikian,
supaya oknum polisi itu mendapatkan keuntungan pribadi dari pengakuan itu.
Memang kedua berita di atas masih harus dibuktikan kebenarannya. Sangat baik
apabila berita ini terbukti tidak benar. Namun sangat disayangkan sekali
apabila terbukti demikian adanya. Dan ini bisa membuktikan bagaimana
keberlangsungan hidup Bangsa Indonesia, yang sampai hari ini masih saja
dibelenggu dengan perkara-perkara yang menjatuhkan reputasi bangsa ini.
Tahun 2016 ini, di tanggal 17 Agustus, bangsa
kita tepat berumur 71 tahun. 71 tahun memperoleh kemerdekaan setelah dijajah
beratus tahun lamanya. Pertanyaan yang selalu dilontarkan setiap peringatan ini
adalah: apakah sesungguhnya Indonesia
sudah benar-benar merdeka? Jika kembali pada dua contoh kasus di atas saja,
maka kita bisa melihat bahwa kemerdekaan yang sejati itu sesungguhnya belum ada
di tangan kita bangsa Indonesia. Berikut
adalah hal-hal yang masih meresahkan bangsa kita hingga hari ini.
1.
Korupsi. Bukan hal yang asing lagi kata ini hampir selalu masuk ke dalam
tajuk utama pemberitaan media massa. Fakta-fakta
yang tersaji di media massa baik cetak maupun elektronik, menunjukkan bahwa
bangsa kita hidup dalam bayang-bayang para koruptor yang menggeroti harta
negara untuk kepentingan pribadi mereka. Beberapa tahun belakangan ini,
terutama semenjak dibentuknya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun
2002, mulai terkuak banyak kasus-kasus penyalahgunaan uang negara untuk
kepentingan pribadi para pejabat terkait, baik dari tingkat daerah paling bawah
hingga pejabat tingkat pusat. Itu baru beberapa tahun terakhir. Bayangkan
bagaimana dengan bertahun-tahun yang lalu sebelum hal korupsi menjadi buah
bibir dan fakta di Indonesia, bisa saja jumlahnya jauh lebih banyak dari dugaan
kita.
2.
Pelanggaran HAM. Tahun 2016 ini Indonesia dihebohkan dengan
berita kekejaman dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh 14 pemuda kepada
seorang gadis muda belia bernama Yuyun. Tidak hanya melakukan kekerasan seksual
saja, ke-14 pemuda ini juga membunuh Yuyun dengan cara yang keji. Apa yang
terjadi pada Yuyun ini adalah satu bagian kecil ironi pelanggaran HAM yang
terjadi di negara kita Indonesia. Selain kasus Yuyun, ada banyak kasus
pelanggaran yang terus terjadi di tanah air kita.
3.
Konflik atas nama suku, agama dan ras. Negara kita
punya beberapa sejarah kelam konflik yang mengatasnamakan suku, agama dan ras. Sebut
saja konflik Sampit, konflik Poso, konflik Tolikara, konflik Singkil, dan
konflik-konflik lainnya. Terjadinya konflik-konflik ini karena di tengah
kayanya Indonesia akan berbagai macam suku, agama, dan budaya, masih saja ada
golongan-golongan yang eksklusif dan menjauhkan diri dari golongan lainnua,
sehingga ketika bersinggungan bisa menjadikan itu sebuah konflik yang tidak
sedikit merugikan kerugian materiil, terutama korban jiwa termasuk mereka yang
tidak bersalah.
4.
Minimnya rasa nasionalisme dan rasa memiliki yang besar terhadap
bangsa ini. Presiden Republik Indonesia periode ini, Bpk. Ir. Joko Widodo,
mencetuskan apa yang disebutkan dengan revolusi
mental. Seruan ini beliau ungkapkan sebagai bagian dari pentingnya
kesadaran warga negara Indonesia untuk membangun mentalitas yang maju dan peka
akan kondisi negara di waktu-waktu lalu hingga hari ini. Mentalitas bangsa yang
ada saat ini harus banyak dibenahi untuk menumbuhkan kesadaran bahwa bangsa ini
butuh tanggung jawab dari seluruh warga negaranya untuk bisa menjadi negara
yang berkembang dan maju, tidak hanya tugas dari para pejabat pemerintahan
saja.
Demikian di atas adalah hal-hal yang mendasar
yang masih terus menjadi wacana utama dan menjadi permasalahan-permasalahan
utama yang membayangi berjalannya Republik Indonesia hingga hari ini. Lalu
bagaimana dengan kita sebagai warga gereja yang menjadi bagian dari
keistimewaan negara ini? Apa yang bisa kita lakukan untuk turut membantu
membangun kebaikan bagi bangsa kita ini?
1.
Membangun kehidupan bertoleransi. Bangsa
Indonesia dianugerahi kekayaan yang luar biasa besar oleh Tuhan. Tidak hanya
sumber daya alam, tetapi Indonesia juga kaya dengan agama dan kebudayaan yang
bermacam-macam. Kondisi ini seharusnya menjadikan kita sebagai orang-orang yang
bersyukur dengan kekayaan ini. Allah menghendaki supaya kita saling mengasihi
sesama, tanpa pilih-pilih seperti yang Allah lakukan. Oleh sebab itu, terhap
sesama kita, kaya atau miskin, sesama Kristen atau bukan, sesuku atau tidak,
kita harus saling menghargai dan menghormati pilihan hidup yang diambil oleh
orang lain. Kesadaran ini dapat menciptakan sebuah harmoni dan perdamaian yang
indah yang bisa dituai oleh generasi-generasi Indonesia berikutnya.
2.
Memberikan pendidikan iman bagi generasi muda. Korupsi,
pelanggaran HAM, konflik-konflik dan tindak kejahatan lainnya sebagian besar
bisa terjadi karena minimnya pendidikan yang baik yang tersedia bagi generasi
muda penerus bangsa. Oleh sebab itu, sangat baik apabila melalui pendidikan
iman di rumah (oleh orang tua) dan pendidikan iman di gereja (Sekolah Minggu)
mulai memberikan bekal-bekal iman yang baik sebagai modal pembentukan karakter
yang baik bagi generasi muda. Dalam hal ini bukan diajarkan sebagai kaum yang
militan /fanatik, namun lebih kepada memberikan pemahaman/ajaran-ajaran Kasih
seperti yang Yesus telah ajarkan. Dengan demikian, generasi muda memiliki bekal
yang baik sedari muda.
3.
Mengembalikan kesadaran penuh akan keberadaan kita Tanah Air
Indonesia. Banyak orang yang lari ke luar negeri untuk mencari kehidupan yang
lebih baik. Akan tetapi Tuhan menghendaki supaya kita menjadi orang-orang yang
peduli, dan sadar akan apa kehendak Tuhan meletakkan kita di negara Indonesia.
Ia mau supaya kita pun turut membangun negara ini, bahkan dengan tindakan atau
pekerjaan yang kecil sekalipun. Kesadaran kita akan hidup kita di tanah air
diharapkan dapat membuat rasa memiliki akan bangsa ini semakin besar, dan kita
pun jadi bisa turut membangun bangsa ini.
Kemerdekaan bangsa kita sesungguhnya bukan
hanya di tangan para pahlawan pendahulu kita, bukan hanya di tangan pejabat
pemerintahan, tetapi juga ada di tangan kita, tangan-tangan setiap generasi
yang hadir di tengah-tengah bangsa ini. Dan sebagai umat kristiani pun kita
punya peran kita juga untuk turut membangun bangsa ini seperti dasar Kasih yang
telah Yesus ajarkan. Sehingga cita-cita kemerdekaan sejati yang dicitakan oleh
para pendahulu kita dan oleh kita semua juga, dapat diciptakan bersama-sama,
bersatu hati, dengan iman dan pertolongan Tuhan.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-71! Tuhan
memberkati kita sekalian.
Solo, 12 Agustus 2016.
a.n. Majelis
Jemaat GKI Sangkrah, Solo
Emmanuela
Febrima Yuliana Mouwlaka
Pdt. Mungki A. Sasmita
(yang tak sempat dipublikasikan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar