Followers

Selasa, 10 Januari 2017

“Jangan Beriman kepada Ilah Palsu”

Saya teringat pada sebuah cerita rakyat yang sangat terkenal berjudul “Bawang Merah dan Bawang Putih”. Saya yakin setiap kita pasti tidak asing dengan cerita yang satu ini. Bawang Putih yang saat itu mengejar pakaian ibu tirinya yang hanyut, menemukannya ada di rumah seorang nenek yang rumahnya dekat dengan muara sungai. Kemudian selama seminggu dia diajak oleh si nenek untuk menginap di rumahnya. Selama seminggu itu Bawang Putih bekerja dengan rajin. Sebagai hadiah dia diminta oleh si nenek untuk memilih satu dari dua buah labu untuk dibawa pulang, ada yang besar dan yang kecil, dan Bawang Putih memilih yang kecil. Sesampainya di rumah ia sangat terkejut karena ketika membuka labu tersebut, rupanya di dalamnya berisi permata dalam jumlah yang tidak sedikit. Bawang Merah pun iri, ia juga menginginkan hal yang sama. Kemudian dengan sengaja ia menghanyutkan pakaiannya di sungai yang sama, mengejarnya dengan mengarahkan langkah kakinya menuju ke rumah nenek itu, menanyakan pakaiannya, menginap dan akhirnya memilih labu yang besar dari dua yang ditawarkan ketika ia hendak pulang. Apa yang ditabur itulah juga yang dituai, pepatah mengatakan demikian. Bawang Merah yang semasa tinggal di rumah si nenek ia hanya bermalas-malasan saja, ketika ia membuka labu yang ia terima dari si nenek betapa terkejutnya ia, bukan permata yang banyak seperti yang ia harapkan, justru hewan-hewan berbisa seperti ular dan kalajengkinglah yang ia dapatkan.

Saudara yang terkasih, kerapkali kita mendengar cerita-cerita semacam ini, barangsiapa mengejar harta karun, harta kekayaan, jabatan dan semacamnya, ia akan berakhir pada celaka. Penekanan utama cerita-cerita semacam ini bukan pada boleh atau tidak mencari uang, kemakmuran, dan semacamnya, tetapi lebih kepada bagaimana kita memperlakukan uang dan hal semacamnya itu dalam kehidupan kita.

Firman Tuhan dalam Matius 6:24 berkata demikian, “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Mamon sebenarnya tidak hanya berbicara mengenai uang saja. Hal lainnya pun dapat menjadi Mamon dalam kehidupan kita, misalnya pekerjaan yang terlalu kita agung-agungkan, hobi yang terlalu kita cintai, jabatan dan status yang hanya ingin didapat untuk kehormatan, dan lain sebagainya. Apabila kita menempatkan hal tersebut terlalu tinggi dibandingkan dengan Allah, maka kita sudah menjadikan hal-hal tersebut sebagai Ilah-ilah dalam kehidupan kita.

Saudara yang terkasih, ingatlah bahwa Allah kita adalah Allah yang cemburu. Pernyataan ini bukan berarti ingin menunjukkan bahwa Allah kita adalah Allah yang posesif dan egois. Tetapi mari kita tilik diri kita, bukankah kita juga tidak mau jikalau kita diduakan. Ketika kita sedang berbicara dengan orang lain, bukankah kita tidak ingin apabila lawan bicara kita tidak mengindahkan kita dan sibuk berbicara dengan orang lain? Ketika kita sedang berbicara dengan orang lain, tentu kita tidak ingin ia berbicara tetapi tetap sibuk mengotak-atik telepon genggamnya? Ketika kita sudah menikah, bukankah kita tidak ingin pasangan kita menikah lagi dengan orang lain? Begitulah juga yang dimaksudkan oleh Allah bahwa Ia tidak ingin umat-Nya menduakan dia. Kecemburuan yang Ia rasakan bukan berdampak bahwa Ia akan marah, tetapi lebih kepada Ia merasakan kesedihan yang mendalam atas cinta dan keimanan kita kepada Ilah yang lain itu, yang palsu itu, uang, harta, kehormatan, pekerjaan, jabatan, dan lain sebagainya.

Saudara yang terkasih, oleh karena itu marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing, sudah sejauh apa kita menempatkan Allah di dalam kehidupan kita? Sudahkah kita menempatkan Ia sebagai yang utama atas hidup kita? Sudahkan Ia menjadi sumber pencarian kita atas kebahagiaan, kemakmuran dan kedamaian yang kita harapkan? Matius 6:33 berbunyi demikian, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Jangan beriman kepada Ilah-ilah palsu itu. Mereka tidak dapat memberikan kebahagiaan sejati, kedamaian sejati, hanya Allah saja yang dapat, karena Ia sendirilah Sang Sejati itu.

Selamat menghayati.
Tuhan Allah memberkati kita sekalian..



Jakarta, 12 Oktober 2014.

1 komentar:

  1. Casinos that offer Live Dealer Gaming in Singapore - LuckyClub
    Welcome to LuckyClub, the best online luckyclub.live casino site in Singapore. We provide the newest and most exciting live casino games to play in various countries.

    BalasHapus